Sabtu, 18 Juni 2011

“BERAT BENGUNAN MUNGKIN ABEPURA RUNTUH”

Kondisi pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan di ABEPURA KOTA JAYAPURA, semakin memperkecil lahan kosong, bahkan daerah tak layak pun jadi sasaran (tak ada batang akar pun jadi).

Salah satu bukti terbesar dunia adalah Jepang, Negara penuh dengan technology dan system kintruksi bangunan cangih namun akhirnya angkat bendera kekalahan tehadap bencana gempa bumi and tsunami. Apalagi kita Indonesia secara khusus Papua yang hanya asal membangun dengan melibat orang arsitek dan orang teknik sipil namun mengabaikan kondisi geology. Padahal pengaruh pembentukan bahan tambang Papua membuat kondisi geology Papua sangat unik dan talingkar kalau dibahas, Dengan kemungkinan potensi-potensi bencana yang sangat besar jika tidak diperhatikan secara serius.

ABEPURA.

Tampak foto udara Abepura seperti gambar dibawah, dengan bentuk perbukitan bergelombang hamper seibang dengan pedataran, penambahan penduduk dan pembangunan yang terus berlanjut dengan kondisi batuan yang tidak terlalu menjanjikan untuk bangunan berlantai. Namun kalau dipaksakan ya kira-kira apa yang terjadi kedepan……?

Foto udara lokasi Abepura dan sekitarnya

Sejarah Singkat Batuan

Berdasarkan data kekar dan beberapa vein (retakan pada batuan segar didaerah Abepura dan sekitarnya) yang saling memotong, sehingga diperkirakan kondisi tektonik dearah Abepura dan sekitarnya terjadi dalam tiga kurun waktu yang berbeda, berdasarkan data regional proses tektonik ini terjadi pada saat batuan tua malihan cycloop mulai mengalami pengangkatan dari dasar laut hingga penempatanya sekarang dan lebih tinggi dari batuan lainnya. Hancuran batuan metamorf serta batuan mafik dan ultramafik sebagai bongkah dan matrix pada satuan batugamping klastik belakang Toko Saga sebagai bukti suatu perjalanan panjang batuan dari dasar kerak samudra hingga lingkungan laut dangkal.

Foto tuubuh singkapan batuan peridotit didaerah Abepura yang dijadikan sebagai batuan utama landasan fandasi bangunan. Dengan kondisi batuan yang terkekarkan dan tergersukan sangat kuat, kadang hanya menyerupai blok-blok batuan besar.

Foto tanpak iklusi batuan beku peridoto pada perselingan batugamping dan batu pasir pada lokasi belakang Toko Saga. Sebagai bukti daerah hancuran

Foto kontak keselarasan antara perselingan batupasir dan bongkahan-bongkahan batugamping didaerah belakang Toko Saga. Kemiringan batuan kearah utara

Dengan meneliti dan memperhatikan seluruh batuan yang ada disekitar daerah Abepura dan sekitarnya diperkirakan bahwa batuan pada daerah Abepura dan sekitarnya merupakan batuan yang terbentuk akibat hancuran tabrakan lempeng seperti yang di ilustrasikan pada gembar samping. Jadi batuan yang berada didepan zona tumbukan inilah yang hancur dan tertempatkan didaerah Abepura dan sekitarnya. Lebih jelas bisa diperhatikan dari daerah Skayland, Uncen Waena, daerah Belakang SMA Negri 1 Abepura hingga ke daerah belakang Puay yang kemungkinan berlanjut hingga daerah Arso dengan hanya membantuk suatu garis panjang dan luasan yang sagat tebatas sebagai suatu bukti hancuran tumbukan lempeng. Namun sejauh ini saya belum bisa memastikan hancuran batuan ini akibat benturan antara blok mana and blok bagian mana di daerah Jayapura. Karena ini membutuhkan Senior Geologist untuk meneliti hal tersebut lebih mendalam.

Gambar kenampakan gambaran umum lokasi batuan seperti gambar ini, untuk sementara masih belum pasti (perlu dipersentasekan dan diakui oleh Geologist senior).

Dengan demikian sehingga kelompok batuan yang berada didaerah Abepura dan sekitarnya hanya membentuk suatu bongkahan-bongkahan batuan besar dan bukan merupakan suatu tubuh batuan induk yang isitu. Pengaruh pelapukan fisik dan kimia juga sangat mempercepat bongkahan-bongkahan batuan untuk melapuk dan pecah lagi mencadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Kemungkinan Rubuh/Runtuk

Dengan memperhatikan kondisi batuan yang sudah dibahas diatas maka sangat tidak mungkin untuk di dirikan bangunan berlantai tinggi seperti yang kita lihat dipusat pertokoan Abepura. Ya bukannya kita melarang cuman kita memberi masukan, salah satu contoh bangunan baru di samping Toka Saga Abepura kira-kira ketiga bangunan yang berada saling bedekatan itu memiliki kedalaman landasan fandasi yang sama atau tidak, yang jelas mungkin berbeda. Bagaimana dengan sumber batuannya yang menjadi landasan fandasi pasti sama.

Jelas semua kontruksi bangunan mengincar batuan keras kelompok yaitu batuan beku, namun bagaimana dengan kondisi batuan di Abepura yang hanya merupakan bongkah-bongkahan. Mungkin tidak konstruksi Toko Saga dulu memirkian kala ada bangunan sebasar sekarang disampingnya atau tidak.

Z tidak tau……………………???

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah tekanan berat beban pada bangunan baru yang ada disamping saga akan mempengaruhi kondisi permukaan dan bawah permukaan kedua bangunan yang berada disampingya alias toko satu yang didepanya dan toko satu yang sampingnya. Apalagi batuan dasar yang merupakan batuan peridotit yang sudah terkekarkan dan tergeruskan disertakan dengan tekanan beton sebagai penahan landasan fandasi membuka rongga antar batuan untuk mempercepat peroses pelapukan pada batuan bawah permukaan, karena pada lapisan atas merupakan lapisan edapan alluvial sebagai lapisan aquifer baik untuk menyimpan dan menyalurkan air. Jadi ya, kita akan memperhatikan permukaan tanah dan bangunan daerah ini pada beberapa tahun kedepan. Apalagi jarak bagunan tidak telalu berjauhan dengan jalan umum, dan berat kendaraan yang selalu melintasi daerah jalan raya Abepura-Sentani akan sangat mempengaruhi penurunan permukaan tanah dan badan jalan apalagi badan jalan hanya berada diatas permukaan endapan alluvial.

Pindah Kebagian Lain…..??

Jika anda melintasi daerah Kali Acai Abepura, coba arahkan perhatian and lihat kearah barat di atas bukit dengan beberapa perumahan baru and sebuah gedung. Sebenarnya kalau dilihat secara baik, guna keselamatan and antisipasi bencana kedepan sebanarnya daerah ini tidak terlalu bagus untuk di dirikan bangunan, apalagi dalam skala besar kaya beberapa yang sudah di dirikan sekarang. Seperti pembahasan batuan diatas, kemudian proses beda tinggi dengan daerah sekitar, kemudian adanya aliran air bawah permukaan yang membentuk sungai bawah permukaan sangat mempengaruhi kemungkinan longsoran atau runtuhan.

Batuan yang dijadikan sebagai landasan fandasi bangunan merupakan, batugamping klastik dalam bentuk bongkahan dan hancuran, bercampur dengan sisipan lempug karbonatan dan batupasir karbonatan. Dalam batuan gamping klastik dijumpai bongkahan-bongkahan batuan kelompok malihan cycloop (sekis, geneis) dan batuan beku peridotit (dunit) serta serpentinit. Bantukan ini hanya merupakan bongkahan yang terkekarkan dan tergeruskan sangat kuat.

Aliran air bawah permukaan sepanjang daerah Organda and G. Konya kemudian menghilang dibawah batugamping klastik dan kembali muncul diatas permukaan dibelakang daerah Kali Acai, sangat dikhawatirkan untuk bangunan yang berada diatas aliran bawah permukaan tersebut. Sebab berat bangunan, serta proses beda tinggi yang hanya 12 meter dan Papua yang sangat aktir dengan aktifitas gempa bumi sehingga sangat ditakutkan.

Kelemahan batugampign sebagai landasan fandasi bangunan adalah sebagai batuan yang baik untuk menghantar aliran air dan tidak menyimpan air, mudah larut jika kena air atau basah, apalagi ada aliran air setiap hari jika pada batugamping klastik kemungkinan membentuk gua-gua kecil atau tidak batuan ini hanya mersap pada setiap porositas batuan namun lama-kelamaan akan menbentuk suatu sungai bawah permukaan. Apalagi sungai pada daerah tersebut merupakan sungai berstadia muda menjelang dewasa dengan volume air yang sedikit berkurang pada kemarau dan kembali penuh pada musim hujan. Sehingga yang pasti sudah membentuk suatu sungai bawah permukaan.

Foto udara kondisi sungai dan lokasi sebelum ditempatkannya bangunan

Foto lokasi masuknya air sebagai air bawah permukaan pada daerah Uncen bawah (G. Konya).

Foto lokasi keluarnya air/mata air dari daerah Ucen bawah sebagai air permukaan dibelakang Toko Agro Segar Abepura (Kali Acai).

Gambaran umum lokasi pemukiman yang berada di atas batugemping pasiran dan dibawah di aliri oleh aliran air bawah permukaan.

Pemasangan fandasi bangunan (B) diatas gamping dan perselingan pasir serta lempung karbonatan (A).

Terakhir

Saya memiliki experiences untuk memprediksi banjir didaerah kotaraja tahun 2009 dari sisi geologi dan benar sungai Kotaraja banjir, kemudian saya pernah menulis tentang Permukaan air laut naik Papua waspada dan saya tujukan di daerah Tg. Enggros Jayapura tentang potensi tsunami. Dan ini benar-benar terjadi ketika tsunami Jepang sekitar 20 rumah rusak. Masi tinggal 2 prediksi saya yang belum kemungkian danau sentani berpindah seiring dengan pertambahan penduduk dan kerusakan lingkungan serta Abe Pura Runtuh sekarang.

Sorry jika terjadi pengurangan huruf, penambahan huruf, salah penggunaan ejaan bahasa, banyak menggunakan kata sambung dan sorry juga buat tempat-tempat yang saya tujukan Hanya Tuhan yang mengatur semuanya. by Marlon